Unduh Aplikasi QuBisa
15 point

Standar Ideal Dilingkungan Sosial Menjadi Faktor Pembentuk Terjadinya Prilaku Body Shaming

4.2k views · 7 January, 2022

Share
Gita Ayu Puspita, M.Psi, Psikolog

Gita Ayu Puspita, M.Psi, Psikolog

Kita tidak bisa memungkiri, bahwa penampilan fisik adalah penilaian pertama yang dilihat oleh mata saat pertama bertemu, apalagi bagi kaum perempuan. Sejak dulu, perempuan adalah orang yang paling sibuk untuk mempercantik dirinya sendiri, supaya bisa terlihat menarik dan cantik di mata lingkungannya.

Apalagi sekarang ini banyak juga wacana atau konsep iklan yang menggembor-gemborkan bahwa tubuh cantik dan langsing adalah standar yang bagus, sehingga para perempuan pun terus berusaha untuk mengikuti standar ideal lingkungan tersebut dan tidak menerima diri mereka sendiri.

Hubungan Antara Standar Ideal Lingkungan dengan Body Shaming

Adanya konsep standar tubuh ini, ternyata menciptakan sebuah standar dan penilaian masyarakat yang akhirnya membuat konflik di antara perempuan, dan bahkan dalam diri pemilik tubuh itu sendiri. Karena sulitnya untuk mencapai standar dan penilaian tersebut, maka orang itu pun akan menyalahkan dirinya sendiri dan menekan dirinya supaya cepat mencapai standar tersebut, bahkan ada yang sampai mencelakakan dirinya sendiri.

Jika tak bisa, daripada menerima diri apa adanya, dia malah mulai menyalahkan orang lain yang memenuhi standar tersebut.

Ternyata di Indonesia yang notabene kulit aslinya cokelat dan hidung tak mancung, yang menjadi sosok perempuan ideal adalah mereka yang berkulit putih dengan hidung mancung dan tubuh yang langsing. 

Itulah kenapa banyak pula iklan produk kecantikan, iklan pelangsing yang mempromosikan produknya mati-matian. Akhirnya masyarakat pun terbentuk opini publiknya bahwa yang ideal itu adalah yang langsing, putih dan mancung. Di luar standar itu, mereka akan dijauhi.

Standar ideal lingkungan yang berubah menjadi gadis langsing dan putih membuat situasi jadi tidak baik bagi mereka yang tidak memilikinya. Peranan media dalam pembentukan standar ideal lingkungan ini memang sangat besar. Namun, jika semua perempuan bisa menerima keadaan dirinya sendiri, dan juga perbedaan yang ada di tengah masyarakat, mungkin sekeras apa pun standar ideal lingkungan itu berusaha diciptakan, maka tidak akan memunculkan masalah apa pun. 

Yang menjadi masalah dan mulai mengkhawatirkan adalah saat perempuan mulai saling menilai satu sama lain, bahkan menghakimi satu sama lain. Bahkan dari hal-hal yang sangat sepele, misalnya dari apa yang mereka pakai, bagaimana cara mereka berdandan, bahkan sampai apa yang mereka makan. Hal tersebut yang kemudian kita ketahui sebagai body shaming.

Awal Mula Body Shaming Terjadi

Biasanya body shaming akan disamarkan sebagai candaan, atau sekadar lelucon untuk mencairkan suasana. Banyak juga yang menyamarkannya sebagai kritik walaupun tanpa solusi sama sekali. Mengomentari tubuh seseorang dianggap sebagai hal yang sangat wajar, dan dianggap sesuatu yang normal sehingga tak perlu sakit hati apalagi sampai overthinking. 

Memang kadang awalnya tidak ada niat buruk di balik hal tersebut, tetapi pada kenyataannya tetap saja ada niatan membandingkan, mempermalukan seseorang dan menunjukkan bahwa orang tersebut telah berbeda dengan orang lain, dan itu adalah kesalahan bagi masyarakat umum.

Body shaming bisa menyebabkan rasa sakit hati, dan termasuk ke dalam kekerasan verbal, sehingga dikategorikan juga ke dalam tindakan bullying yang menghancurkan mental seseorang. Oleh karena itu, sebelum mengomentari fisik orang lain (yang sebenarnya sangat tidak perlu dan sama sekali tidak dibutuhkan), sudahkah kita berkaca dan melihat kekurangan sendiri? 

Jika sudah mengetahui kekurangan diri sendiri dan menyadari diri sendiri pun tidak sempurna, pasti kita pun tak akan ada waktu untuk mengomentari orang lain. Lambat laun, kita pun akan bisa menerima bahwa semua orang diciptakan berbeda dan spesial dengan ciri khas mereka masing-masing.

Apakah Anda termasuk seseorang yang ikut terpengaruh oleh standar ideal yang diciptakan oleh lingkungan? Temukan jawabannya dengan menyimak hingga akhir video microlearning di atas, ya.

Selanjutnya, dalam aplikasi siap kerja QuBisa, Anda juga dapat menemukan rekomendasi kursus online gratis dalam bentuk video microlearning lainnya dengan tema motivasi, psikologi hingga pengembangan diri:

0Comments

no profile