Unduh Aplikasi QuBisa
15 point

Persamaan Korban dan Pelaku Body Shaming

3.9k views · 31 December, 2021

Share
Gita Ayu Puspita, M.Psi, Psikolog

Gita Ayu Puspita, M.Psi, Psikolog

Body shaming adalah sebuah hal yang sangat serius, tetapi dianggap sepele oleh mayoritas masyarakat. Bahkan banyak yang mengira body shaming sebagai hal yang wajar, sebagai sesuatu yang bisa membuat orang lain tertawa dan mencairkan suasana. Namun tidak disadari, yang tertawa-tawa dan merasakan suasana mencair adalah orang yang melakukan body shaming, padahal korbannya tidak merasa senang sama sekali.

Penyebab body shaming ini awalnya bermula dari persamaan dari korban dan pelaku yang tidak memiliki kemampuan menyelesaikan suatu masalah. Hanya saja yang satu menjadi pengganggu, sementara satu lagi menjadi korban pengganggu.

Selain itu, bisa juga karena masalah dalam dirinya sendiri yang berasal dari keluarga. Misalnya, pelaku sering disalahkan dan kurang perhatian dari keluarga, sehingga melampiaskannya pada korban. Sementara korban body shaming terbiasa diperhatikan keluarga dan dilindungi, yang mana membuat korban akhirnya menjadi lemah.

Contoh Kalimat yang Termasuk Body Shaming

Body shaming jadi salah satu bentuk bullying yang paling banyak terjadi. Bentuk tubuh yang berbeda-beda dan dinilai ‘tak biasa’ menjadi sasaran body shaming yang paling empuk. Apa saja contoh kalimat body shaming?

Merendah untuk Meroket

Dalam sebuah circle pertemanan, pasti Anda pernah menemukan kalimat-kalimat semacam ini, kalimat yang merendah untuk meroket. Seseorang akan mengatakan sesuatu yang seolah-olah sangat rendah, padahal sebenarnya sedang membanggakan dirinya sendiri. 

Kalimat ini juga bisa berpengaruh bagi mental seseorang, besar kemungkinannya menjadi contoh kalimat bullying. Misal, “Saya beli durian tiga butir buat sendiri, tapi enggak bikin gendut tuh. Masa sih Anda yang makan satu butir buat sekeluarga bisa membuat Anda gendut?”.

Pura-pura Tidak Tahu Saat Bertanya

Orang-orang sok polos juga sangat menyebalkan. Mereka akan melontarkan pertanyaan yang seolah-olah sedang bertanya karena tak tahu, tetapi sebenarnya sedang mengejek seseorang. Misalnya, “Lho, hidung Anda ternyata banyak komedonya, ya? Saya kira tadi cuma efek freckles itu lho!”, atau “Saya baru tahu lho kalau ada orang yang kulitnya banyak stretchmark-nya seperti Anda, saya kira mulus-mulus saja seperti punya saya.”

Menggunakan Kalimat Tanya “Apa cuma saya yang?”

Sama halnya dengan orang-orang yang sok polos yang disebutkan sebelumnya, orang-orang yang pick me banget benar-benar mengesalkan dan bisa menimbulkan risiko bullying yang besar. Contohnya adalah, “Apa cuma saya yang makan banyak tapi tetap langsing? Saya ingin deh menaikkan berat badan sedikit biar seperti Anda, chubby gitu membuat gemas.” Lengkap dengan emot wajah mengeluh yang menyebalkan.

Semua orang tahu jika langsing memegang kasta tertinggi dalam dunia tubuh perempuan, dan gendut menjadi kata dengan konotasi negatif. Jadi, bisa ditebak jika orang tersebut memang sedang mem-bully berkedok memuji.

Menyudutkan dan Judging

Kalimat yang terindikasi bullying lainnya yang bisa membuat mental orang menjadi down adalah kalimat yang menyudutkan, misalnya, “Anda sih kenapa makan pizza, perutnya jadi gendut gitu kan? Eh atau memang tadinya ya?” sambil tertawa, atau “Gara-gara Anda suka rebahan terus, makanya jadi gendut dan mata Anda jadi minus!” dan sebagainya. 

Membandingkan 

Ini adalah kalimat bullying yang paling banyak diucapkan tetapi tidak disadari sebagai kalimat yang body shaming. Bahkan sering terjadi di dalam keluarga, misalnya “Lihat adik Anda, dia pintar dancing dan nyanyi. Tapi Anda sebagai kakaknya malah rebahan terus, badan jadi gemuk seperti gajah bengkak,” atau juga, “Lihat deh, padahal sama-sama kelahiran 90-an, tapi kok penampilan Anda tidak seimut dia?” dan masih banyak lagi.

Begitulah, kalimat body shaming ada banyak macamnya dan banyak jenisnya, bahkan bisa saja kalimat yang biasa kita ucapkan setiap hari ternyata menyakiti orang lain. Oleh karena itu, lebih hati-hati saat bicara, ya! 

Tidak ada salahnya untuk selalu bicara baik dengan orang lain, dan biasakan juga jangan terlalu iseng mengomentari penampilan atau kehidupan orang lain, sekalipun itu orang yang kita kenal, karena kita tak tahu apakah kalimat kita menyinggungnya atau tidak. Intinya, mind your own business saja dan jangan merasa sok benar.

Masih banyak materi tentang Motivasi dan Psikologi yang bisa Anda pelajari untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik dengan mengikuti kursus online di aplikasi QuBisa berikut ini:

0Comments

no profile