Prolog: Kilasan

43 4 12
                                    

Kamu tahu apa yang lebih indah dan membahagiakan dari pada melihat matahari terbenam?
Yang lebih indah dari itu adalah didukung oleh orang tersayang saat akan melakukan apapun yang kita suka.
-Derai Eunia Adiwarna

Gadis dengan surai kecokelatan terlihat sedang berdiri di belakang pagar pembatas yang membatasi jurang dengan belokan yang cukup tajam—jalan menuju puncak gunung. Dia Derai. Sudah lama gadis itu ingin mendaki gunung seperti yang dilakukannya hari ini. Namun, kedua orang tuanya selalu saja melarang dengan alasan yang tidak masuk akal yang mereka lontarkan pada dirinya. Ah, sudahlah kali ini saja tolong berikan Derai sedikit ketenangan. Derai ingin melepaskan sedikit beban berat yang ia pikul selama ini.

Siulan burung dan gemuruh kecil yang dibuat oleh gesekan antara ranting pohon yang satu dengan pohon yang lain membuat Derai memejamkan matanya sejenak untuk menikmati suasana tersebut. Tenang. Itulah yang dirasakan Derai. Pikiran berisiknya sedikit teralihkan. Tak lupa semilir angin yang membelai wajah Derai, membuatnya sangat ingin berlama-lama di sini. Namun, mengingat dirinya cukup dikejar oelah waktu dan teman-teman sependakiannya sudah memanggil, Derai akhirnya kembali ke rombongannya yang sedang memasak untuk makan malam.

(***)

"Cakra, ada waktu?" seru seorang perempuan dengan penuh harap.

"Apa sih? Gue pusing." Kata-kata itu sangat kasar, membuat gadis yang ada di hadapan Cakra terdiam seribu bahasa dan akhirnya memutuskan untuk pergi dari caffe tersebut.

(***)

"Masih pusingnya? Aku bawain obat." Cewek tersebut menyerahkan obat sakit kepala yang biasa ia konsumsi dikala pusing mendera kepalanya.

"Gue gak butuh obat lo." Cakra melempar obat tersebut ke dalam tong sampah yang ada di dekatnya. Memang Cakra ini adalah tipe cowok sialan, yang halal untuk dibunuh.

(***)

"Anda tahu apa yang lebih sakit dari pada tamparan?" tanyanya dengan nada yang sangat lantang sambil memegangi pipinya yang sudah memerah, "dicaci maki saat ingin bangkit dari rasa ketidakpercayaan diri!" sambungnya dengan penuh emosi.

"Siapa yang mengajari kamu kurang ajar, hah!" balasnya tak kalah lantang.

"Tidak ada. Orang tua saja saya tidak punya. Puas?!"

(***)

"Mau ke mana lo?" ucap Cakra saat melihat sosok yang ia kenal berjalan sendirian dengan membawa sebuah tas besar.

"Bukan urusan lo. Lo urusin aja pacar lo itu." Cewek tersebut menghempaskan tangan Cakra yang tadi sempat mecekal lengannya.

(***)

Hallo!
Gimana penasaran sama kelanjutannya? Stay tune terus, yaa, tungguin update selanjutnya

Sumatera Selatan, 06 Juni 2023

With luv, ninA ♡

Dark ChocolateWhere stories live. Discover now