//
SLABIH

Cerita Tentang Stasi Slabih

Gua Maria Stasi Slabih ini terletak di desa Slabih, Kabupaten Tabanan. Dilihat dari daerah teritorial Paroki, Stasi Slabih berada di Paroki Gumbrih Dakenat Bali Barat.

SEJARAH GEREJA STASI SELABIH

  •  Awal Ke-katolik-an

Pada awalnya, Yoseph Ketut Kerag (Br Yoseph Ketut Kerag FIC aim) mengalami sakit borok yang tidak kunjung sembuh. Oleh orang tua diajak berobat ke Klinik Gumbrih, dan ketemu dengan romo A. De Boer SVD. Karena jarak Selabih-Gumbrih cukup jauh, kendaraan belum ada, Pastor Londo ini menawarkan Yoseph Ketut Kerag tinggal di Gumbrih sambil berobat serta sekolah (waktu itu di Gumbrih ada asrama yang sangat terkenal untuk anak-anak sekolah). Bak gayung bersambut, Yoseph kecil menjawab romo Londo itu : saya mau! Seminggu, sebulan dan 4 bulan borok yang demikian parah bersih dan sembuh  total, itulah tonggak sejarah iman, Yoseph Ketut Kerag menjadi Katolik. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1953.

Waktu duduk di bangku kelas VI SD dan akan ujian, Yoseph Ketut Kerag minta agar tidak lagi dibuatkan “otonan” (tradisi dalam budaya Bali untuk mengenang hari kelahiran, yang dirayakan tiap 6 bulan ‘ball ( 35 hari) sekali dengan jalan memohon keselamatan kepada para dewa) . Tentu hal ini tidak biasa pada j aman itu. Dia mengatakan saya sudah katolik.

Dalam perjalanan waktu, lewat kesaksian hidup Yoseph ini, orang tua dan saudara-saudara yang lain menyatakan diri ikut menjadi katolik, diantara: kedua orang tua dan sang kakak Yohanes Made Kerug (pan Rapti). Setelah keluarga menjadi katolik, berbagai pencobaan dan tantangan mulai menghadang, seperti kata-kata Paulus: Bukankah emas harus dipanaskan dalam api agar menjadi murni?

  • Suatu pencobaan …

Selang beberapa bulan setelah menjadi Katolik, Nyoman Sukri (Men Rapti) yang waktu itu belum Katolik, menderita sakit parah. Selama 40 hari siang malam tidak bisa tidur dan harus dijaga. Entah apa dan bagaimana, suatu hari Sabtu pagi-pagi Men Rapti menyatakan nidtnya untuk menjadi Katolik. Mendengar niat istrinya itu, Sabtu siang (hari itu juga) Pan Rapti menghadap pastor De Boer di Gumbrih tentu dengan jalan kaki. Romo De Boer mengatakan: ” Besok Minggu pagi ajak dia (Men Rapti) ke Gumbrih. Ungkapan keinginan untuk menjadi katolik kembali diungkapkan dan ditegaskan di hadapan Pastor De Boer. Luar biasa, semenjak hari itu Men Rapti sembuh seketika! Bukankah ini suatu mukjisat? Peristiwa ajaib nan langka ini tentu menjadi buah bibir di perbukitan Selabih dan sekitarnya…tentu sanga’t heboh…! Tentu ada orang yang suka, dan banyak orang yang tidak suka.

Pada jaman itu benar-benar umat Katolik yang hanya beberapa orang dihadapkan pada situasi sosial kemasyarakatan yang sulit. Berbagai awig/aturan dibuat untuk mempersulit, diantara: tidak boleh pakai kuburan umum, tidak dianggap lagi warga banjar Dan lain-lain. Tentu waktu itu pengalaman itu sangat menyakitkan, dan pertanyaan dasarnya: mengapa mereka (umat katolik) mampu bertahan, bahkan sampai saat ini? Sampai sekarang jumlah umat di Selabih dan sekitarnya ada 22 keluarga, dengan jumlah j iwa 80 jiwa, yang tersebar di kampung-kampung sekitar : Penataran, Pancoran, Yeh Silah dan Yeh Kayu.

  • Gereja Umat membutuhkan Gedung Gereja

Perlahan  namun  pasti,   itulah  ungkapan  yang  menggambarkan perkembangan  iman  katolik  di  Selabih.  Lewat  kesaksian  hidup, pengabdian dan  ketulusan hati,  selalu ada crang yang tertarik menjadi Karolik.  Gereja tamat ini memerlukan tempat/ruang untuk berdoa bersama  serta merayakan perayaan ekaristi bersama.

Kapela pertama merupakan sebuah rumah tinggal yang diberikan untuk dipakai oleh orang tua dari Pan Rapti (Nanang Sumbreg). Karena pertambahan umat, kapela kecil ini sudah tidak muat, maka dipikirkan untuk membuat kapela yang agak memadai. Atas dukungan Romo Heribert Ballhorn SVD, pastor paroki Gumbrih waktu itu, sedangkan tanah disiapkan oleh Nanang Sumbreg, pembangunan kapela segera dimulai. Namun Rm Hery tidak dapat menuntaskan, karena harus pindah tugas ke Surabaya, namun beliau berjanji menyiapkan dana untuk pembangunan kapela itu.

Untuk selanjutnya pembangunan ditangani oleh romo Yoseph Wora SVD, yang waktu itu bertugas sebagai pastor palasari, merangkap Negara dan Gumbrih. Pemberkatan Kapela ini dilakukan oleh (aim) Mgr Vitalis Djebarus SVD, sekaligus penerimaan sakramen Krisma pada tanggal 24 Agustus 1991. Sampai saat ini luas tanah Kapela 1800 m2 (18 are) disumbangkan oleh keluarga Nanang Sumbreg. Kapela ini baru direnovasi pada tahun 2005, agar menjadi semakin indah sebagai tempat doa.

Diskusi

2 respons untuk ‘SLABIH

  1. mau tanya dimana lokasi gua maria selabih apakah untuk kesana jalannya tidak sulit?

    Posted by dyan purwanti | Maret 30, 2012, 2:40 am

Tinggalkan komentar

www.paketziarah.com