Perjuangkan Anti Pernikahan Dini, Sanita Tak Sepopuler Afi Nihaya

Penulis: Agista Rully

Diterbitkan:

Perjuangkan Anti Pernikahan Dini, Sanita Tak Sepopuler Afi Nihaya
© Huffington Post

Kapanlagi Plus - Belum lama ini nama seorang gadis berusia 18 tahun Afi Firda Inayah tengah jadi perbincangan khalayak luas. Hal ini tak lepas dari tulisannya mengenai kebhinekaan yang menimbulkan pro dan kontra dari netizen. Ditambah lagi kasus plagiarisme menjerat remaja yang duduk di bangku SMA ini. Namun siapa sangka bila ada juga gadis Indonesia lain yang berjuang untuk kepentingan sosial namun namanya kurang dikenal?

Adalah Sanita, gadis yang memperjuangkan hak pendidikan gadis-gadis di desa terpencil dan mendukung mereka untuk berani berontak pada budaya pernikahan dini. Gadis berusia 22 tahun ini dulunya hampir menjadi korban pernikahan dini saat masih berusia 13 tahun namun dirinya tak tinggal diam melihat haknya direnggut begitu saja.

Sanita, aktivis muda yang menyuarakan kampanye anti nikah muda bagi para gadis pedesaan dan memperjuangkan mimpi mereka untuk sekolah © Huffington PostSanita, aktivis muda yang menyuarakan kampanye anti nikah muda bagi para gadis pedesaan dan memperjuangkan mimpi mereka untuk sekolah © Huffington Post

"Ketika aku masih kecil, aku tinggal di desa terpencil. Kami hanya memiliki sedikit buku dan tidak memiliki komputer. Saat aku masih berusia 13 tahun, keluargaku mencoba untuk menikahkanku karena mereka tak lagi mampu menafkahi," tulis Sanita dikutip dari Huffington Post.

"Ayahku hanyalah seorang tukang kayu sementara ibuku menjual sembako, kami tak memiliki banyak uang. Lalu aku bertanya pada mereka 'berapa hargaku?'," Pertanyaan itulah yang menjadi titik balik orangtua Sanita untuk mengurungkan niat menikahkan putrinya.

Sanita hampir jadi korban perjodohan dini saat masih berusia 13 tahun tapi kini dirinya jadi delegasi Youth Asian Forum © Huffington PostSanita hampir jadi korban perjodohan dini saat masih berusia 13 tahun tapi kini dirinya jadi delegasi Youth Asian Forum © Huffington Post

Sanita memberi penjelasan yang dapat diterima oleh orangtuanya untuk menentang pernikahan dini tersebut, "Jika kalian berhenti memaksaku untuk menikah dan membiarkanku melanjutkan sekolah, aku akan mengembalikan semua yang telah kalian berikan padaku. Sebaliknya bila kalian memintaku untuk menikah maka aku tak akan bisa memberi kalian apa-apa," ujarnya waktu itu.

Dari situ orangtua Sanita sadar dan membiarkan putri mereka mengenyam pendidikan. Terbukti, Sanita berhasil sekolah dengan mengandalkan beasiswa. Dirinya bahkan menjadi delegasi Indonesia ke Jepang dalam Asian Youth Forum untuk memperjuangkan hak-hak para gadis yang terpaksa dinikahkan dini oleh orangtua mereka. 

Baginya pendidikan sangat penting bagi para gadis di seluruh Indonesia © Huffington PostBaginya pendidikan sangat penting bagi para gadis di seluruh Indonesia © Huffington Post

Atas pencapaian Sanita yang kini jadi aktivis kampanye anti pernikahan dini tersebut, orangtua Sanita tak lagi memaksanya menikah. Saat para tetangga bertanya mengapa Sanita tak kunjung dilamar seseorang, orangtuanya menjawab "Dia terlalu berharga." Para tetangga Sanita pun kini menjadikannya panutan bahwa seorang gadis dengan 'harga' yang tinggi adalah mereka yang berani menyuarakan pendapat, cerdas, dan mengenyam pendidikan tinggi. Inspiratif bukan?

(huf/agt)

Editor:

Agista Rully



MORE STORIES




REKOMENDASI