Ini Surat Lengkap Anggun ke Jokowi Tolak Hukuman Mati Gembong Narkoba

Ini Surat Lengkap Anggun ke Jokowi Tolak Hukuman Mati Gembong Narkoba

- detikNews
Senin, 27 Apr 2015 08:41 WIB
Anggun ikut menghadiri pawai menolak eksekusi mati (getty images)
Jakarta - Di menit-menit terakhir, sekumpulan orang antihukuman mati menentang eksekusi mati kepada para gembong narkoba di Indonesia. Ada yang beralasan kemanusiaan, HAM dan juga ada yang berargumen hukuman mati tidak membuat jera.

Salah satu orang yang menentang hukuman mati ini adalah penyanyi asal Cilacap, Jawa Tengah, Anggun yang kini menetap di Prancis. Penyanyi yang terkenal lewat lagu 'Tua-tua Keladi' itu meminta Presiden Joko Widodo membatalkan eksekusi mati kepada WN Prancis, Serge Atlaoui.

Sikap Anggun ini dilakukan dengan tegas yaitu mengikuti aksi di Prancis, Sabtu (25/4). Selain itu, Anggun juga menulis surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo lewat akun Facebooknya dalam dua bahasa yaitu bahasa Prancis dan bahasa Indonesia pada 22 April lalu. Sontak, wall-nya itu menuai banyak respon. Hingga pagi ini, dalam surat terbuka berbahasa Indonesia, sebanyak 12.232 nitizen memberikan tanda 'like' dengan jumlah share mencapai 1.048 orang serta ribuan komentar. Adapun surat dalam bahasa Prancis mendapat tanda 'like' oleh 2.271 akun Facebook dengan share sebanyak 198 kali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut surat lengkap Anggun sebagaimana dikutip detikcom, Senin (27/4/2015):

Surat terbuka untuk Bapak Presiden Joko Widodo
Yang terhormat Bapak Presiden Joko Widodo,

Seperti yang mungkin bapak ketahui, sudah bertahun-tahun saya bermukim di Perancis. Sebagai orang Jawa dan orang Indonesia saya sangat bangga dengan budaya yang mengalir di darah saya dan saya merasa sangat beruntung bisa tinggal di negara yang sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, sebagai wanita dan juga artis, ini adalah sumber inspirasi yang sangat berharga.

Tentu saja saya sangat mengerti dampak negatif dari narkoba terutama di Indonesia dan saya sangat setuju juga selalu mendukung pemberantasan Narkoba di dunia. Tetapi saya juga yakin bahwa hukuman mati bukan satu solusi untuk menurunkan tingkat kriminalitas atau untuk menjaga kita dari semua kejahatan. Hukuman mati menurut saya adalah kegagalan sisi kemanusiaan juga hilangnya nilai nilai hukum keadilan. Hukuman mati bukanlah keadilan, apapun penyebabnya. Saya amat dan sangat yakin untuk ini.

Hukum yang diberikan terhadap Bapak Serge Atlaoui membangunkan emosi yang sangat dalam di Eropa, terutama di Perancis. Saya termasuk orang yang merasakan ini karena banyaknya sisi-sisi keruh yang akhirnya terlihat lebih jelas di dalam kasus pengadilan Bapak Serge Atlaoui, keraguan yang membuat keputusan hukuman mati menjadi tidak dimengerti karena banyaknya ketidaktentuan dalam kasus beliau. Selain itu saya pribadi yakin bahwa Bapak Serge Atlaoui tulus dan jujur.

Saya berada di Jakarta pada saat Bapak dipilih menjadi Presiden. Hati saya bahagia, berdebar keras dan merasa sangat bangga atas pilihan rakyat Indonesia. Pemilu Anda dilihat dan dipantau oleh dunia sebagai titik balik untuk Indonesia menjadi negara yang besar dan penuh kebajikan.

Di Eropa, Indonesia sekarang terkait oleh image negara yang membunuh. Hati saya berdebar lagi tapi kali ini karena kepedihan, saya tidak ingin wajah Indonesia tergores seperti ini dan dihakimi oleh dunia sedangkan Indonesia yang saya tahu dan impikan adalah negara yang toleran dan berikhwan.

Sekali lagi saya tidak mempertanyakan kedaulatan perhukuman di Indonesia untuk melawan Narkoba tetapi saya tidak bisa melihat seseorang yang mengaku tidak bersalah, akan dihukum mati, dan melihat kesedihan istri dan keluarganya.

Bapak Presiden, Anda mempunyai kekuasaan untuk membuat dunia kita ini lebih baik, dengan dikurangi kekerasan, tanpa tumpahnya darah, tanpa kebrutalan, seperti yang tertulis di Pancasila : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Sebagai putri Jawa, dengan hormat saya memanggil jiwa kemanusiaan Bapak yang selama ini menjadi karakteristik dan menggambarkan jalan hidup Bapak, saya memohon agar Bapak bisa memberi Grasi untuk Bapak Serge Atlaoui. Matur sewu sembah nuwun paringanipun kawigatosan mugi mugi Gusti Allah maringi rahmad berkah kesehatan kagem Bapak sekeluargo. Amin matur sembah nuwun.

Anggun

Puluhan netizen memberikan komentar positif dan negatif atas sikap Anggun. Mereka ada yang terkejut tetapi ada yang mendukungnya.

"Jadi, mohon mba Anggun YANG TERHORMAT tolong BACA dan PELAJARI dahulu UU luar negeri bahkan Indonesia yang mengatur tentang ketentuan hukuman mati sebelum Anda membuat surat terbuka seperti ini. Menyoroti dari sisi kemanusiaan memang tidak salah, namun ketika UU HAM internasional pun memberikan pengecualian terhadap 'tindakan merampas hak hidup orang lain' lalu dimana salah pemerintah Indonesia??" tulis seorang pengguna Facebook, Alfina Teza Puspaningtias.

"Setelah saya membaca surat terbuka ini, ternyata saya baru sadar kalau selama ini saya telah melakukan kesalahan besar mengidolakan dan mengagumi artis seperti ini," komentar netizen yang lain, Yudi Fitriadi.

Lantas siapakah Serge? Ia merupakan salah satu pembangun pabrik narkotika terbesar ketiga di dunia yang ia bangun bersama 21 orang lain di Serang, Banten. Polri lalu melakukan penggerebekan besar-besaran pada 11 November 2005 dan menyita berton-ton bahan pembuat ekstasi, 148 kilogram sabu, dan sejumlah mesin pembuat ekstasi.

Pabrik yang berdiri di atas lahan seluas 4.000 meter persegi itu berkapasitas produksi 100 kilogram ekstasi per minggu. Dengan satu kilogram ekstasi berisi 10 ribu butir pil yang tiap butirnya laku dijual Rp 100 ribu, maka pabrik ini setiap minggunya memiliki omset Rp 100 miliar.

Dari pabrik ini, total tersangka yang ditahan adalah 21 orang. Sembilan orang di antaranya dihukum mati, yaitu:
1. Benny Sudrajat alias Tandi Winardi
2. Iming Santoso alias Budhi Cipto
3. Zhang Manquan
4. Chen Hongxin
5. Jian Yuxin
6. Gan Chunyi
7. Zhu Xuxiong
8. Nicolaas Garnick Josephus Gerardus alias Dick
9. Serge Areski Atlaoui



(asp/jor)