Bumbu Nasi Goreng dan Pecel Khas Indonesia Diburu di AS

Nasi goreng
Sumber :
  • Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
VIVAnews
Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II
- Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengungkapkan, makanan Indonesia telah memiliki tempat di hati para penggemar kuliner negeri Paman Sam saat ini.

Kasus Uang Tutup Mulut Donald Trump Seret Nama Karen McDougal, Siapa Dia?

Bahkan, beberapa produk seperti sambal, kecap dan bumbu-bumbu nasi goreng, pecel, serta gulai khas Indonesia, banyak menarik perhatian konsumen di Amerika Serikat.
Kemungkinan yang Bakal Terjadi Kalau Indonesia tak Dijajah


Bayu mengatakan masakan olahan Indonesia dikenal di AS sebagai makanan yang memiliki kekhasan kental (
speciality food
).


Karakteristik yang sangat menonjol, misalnya originalitas masakan yang berdasarkan etnis atau budaya bisa dirasakan di pasar kuliner AS.


"Bahkan cara pengolahannya yang khas, pemilihan barang selektif dan sifatnya eksklusif menjadi daya tarik tersendiri," kata Bayu Kepada
VIVAnews
, Senin 31 Maret 2014,


Menurut Wamendag, nilai produk masakan khas Indonesia yang dipasarkan di Amerika total mencapai US$9 miliar. Nilai itu mencakup antara lain, makanan ringan, minuman, saus, bumbu, acar dan produk olahan buah dan sayuran.


Saat ini konsumen AS membidik produk makanan asal negara-negara Mediterania dan Asia khususnya India, Thailand, dan Vietnam. Makanan-makanan asal Indonesia, Korea dan Turki juga mulai banyak dicari.


Apalagi kata Bayu, mulai tahun lalu, makanan produk Indonesia menjadi tren pasar konsumen AS. "Para pengecer makanan di New York menyebutkan mulai 2013, Indonesia adalah
trending country for speciality food
," ujarnya.


"Makanan khas Indonesia diburu di pasar AS karena memiliki rasa yang eksotik. Kedepannya bahan-bahan makanan yang diperkirakan akan meningkat permintaannya adalah, kopi, kakao, produk olahan kelapa, produk olahan bumbu dan beras organik," kata dia.


Bayu mengungkapnya, ekspor makanan olahan Indonesia ke AS baru mencapai US$75 juta, 40 persennya diekspor Usaha Kecil Menengah (UKM). Nilai itu berpotensi meningkat menjadi US$125 juta dalam 2-3 tahun ke depan dengan tetap mengandalkan UKM dalam mendorong peningkatanya.


"Kuncinya, seberapa mampu produsen Indonesia melakukan
supply
respon terhadap peningkatan permintaan," tegasnya.


Sebagai Informasi, selama seminggu kedepan, Kementerian Perdagangan melakukan kunjugan kerja ke Amerika dan Kanada. Ada sekitar 20 pengusaha, diantaranya 12 UKM yang dipimpin Ketua GAPMMI, Adhi Lukman, ikut dalam kunjungan tersebut.


Kujungan itu dalam rangka misi dagang perluasan produk-produk makanan dan minuman asli Indonesia. Adapun informasi mengenai peningkatan minat produk Indonesia, didapat dari serangkaian diskusi yang dilakukan Bayu dengan beberapa retail makanan dan minuman di Amerika. Salah satunya dengan pengusaha retail milik warga negara Indonesia di New York. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya