JavaScript is required to view this page. BisnisOnline

Sabtu, 22 Januari 2011

4 Cara Transaksi Online Internet

Apa saja sih alat atau cara sistem pembayaran dalam bisnis online, dibawah ini saya beri tahu alat transaksi pembayaran online. Diantaranya sebagai berikut


1.Transfer Rekening Bank.

Sistem pembayaran ke rekening bank ini dilakukan jika partner bisnis online anda dalam ruang lingkup Indonesia, baik itu bisnis periklanan, affiliasi atau apalah itu yang bisa menghasilkan uang dari internet.

2.Sistem Cek.

Sistem pembayaran ini sangat lazim sekali dilakuakan apalagi bagi anda yang nantinya fokus dalam bidang google adsense. Sistemnya jika komisi anda sudah dalam jumlah yang cukup maka anda meminta mengirimkan cek tersebut ke alamat anda, dan kemudian dicairkan di bank.

3.Western Union.

Anda kenal Western Union kan, jasa pengiriman uang internasionl yang tersebar di 200 Negara. Ini adalah system terbaru yang dilakukan oleh beberapa pihak penyedia bisnis online dalam memberikan bayarannya. Jadi sistemnya penyedia pekerjaan mengirimkan komisi anda ke setiap kantor cabang yang tersebar diseluruh pelosok negri dan kemudian anda mengambilnya.

4.Alat Pembayaran online.

Alat Pembayan Online(Mata uang online/ dompet online/bank online) seperti Paypal, Alertpay dan e-Gold. Sistem pembayaran inilah yang mayoritas digunakan dalam berbisnis di Internet dan penulis mewajibkan kepemilikan bank online ini untuk anda. Sistemnya pemilik usaha mentransfer melalui bank online dan kemudian dari dari bank online, anda cairkan ke rekening bank lokal anda.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Mengelola Penghasilan Tambahan

Seberapa banyak diantara Anda yang pada saat ini memiliki penghasilan tambahan? Apakah Anda bisa mengelola penghasilan tambahan itu sehingga bisa membawa manfaat? Anda mungkin punya penghasilan tambahan sekarang. Tapi ingat, penghasilan tambahan itu tidak selalu bisa membuat hidup Anda bertambah baik, lho. Bisa malah sebaliknya.

Misalnya, penghasilan di keluarga Anda Rp 2 juta. Jumlah itu lalu habis untuk membayar segala macam pengeluaran di rumah tangga Anda. Kalau toh bisa menabung, hanya Rp 250 ribu per bulan. Lalu Anda memutuskan untuk mencari penghasilan tambahan.

Setelah cari sana cari sini, Anda memutuskan untuk mencari tambahan penghasilan dengan mengajar. Hasilnya, sih, lumayan. Sebulan bisa mengantongi Rp 500 ribu. Kadang malah bisa Rp 750 ribu per bulan.

Pertanyaannya, apakah dengan uang tambahan tersebut, Anda jadi bisa menambah jumlah tabungan Anda yang tadinya hanya Rp 250 ribu menjadi Rp 750 ribu atau malah Rp 1 juta per bulan? Jawabannya, belum tentu. Dengan penghasilan tambahan Anda juga belum tentu bisa mencukupi keperluan-keperluan keluarga yang lainnya? Jadi bagaimana dong? Yuk, simak tips mengelola penghasilan tambahan di bawah ini.

1. Memenuhi kebutuhan keluarga yang belum bisa terbayar dan untuk membayar pengeluaran pribadi.

Sekarang, apa sih motivasi Anda sehingga mau capek-capek nyari penghasilan tambahan? Biasanya sih, yang pertama, karena Anda merasa bahwa penghasilan Anda yang sekarang mungkin enggak cukup untuk membayar pengeluaran keluarga.

Kedua, kalaupun pengeluaran keluarga Anda memang sudah bisa terpenuhi, barulah Anda bisa menggunakan penghasilan tersebut untuk membayar pengeluaran-pengeluaran pribadi Anda sendiri seperti untuk beli baju, sepatu, beli buku, atau apalah keperluan Anda. Yang penting kebutuhan rumah tangga sudah terpenuhi toh?

2. Setoran tabungan dan investasi Anda

Kalau Anda punya penghasilan tambahan, jangan semuanya dipakai untuk membayar pengeluaran dong. Adanya penghasilan tambahan justru harus menjadi kesempatan buat Anda untuk menambah setoran tabungan rutin Anda setiap bulannya.

Contohnya, dari penghasilan rutin yang Anda dapatkan setiap bulannya, Anda bisa menabung sebesar sekitar Rp 250 ribu per bulannya. Dengan adanya penghasilan tambahan sebesar sekitar Rp 500 ribu per bulan, cobalah untuk menambah setoran tabungan Anda sebesar, misalnya Rp 100 ribu per bulan.

Hindari mengalokasikan semua penghasilan tambahan untuk menaikkan pengeluarannya. Anda hidup bukan hanya untuk hari ini saja kan?

3. Sisakan untuk modal penghasilan tambahan yang lebih besar.

Coba sisakan lagi penghasilan tambahan yang Anda dapat agar Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang lebih besar. Contohnya, Anda dapat “uang sampingan” Rp 750 ribu per bulan. Sebaiknya, gunakan saja Rp 500 ribu-nya untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang tidak bisa dipenuhi dari penghasilan utama Anda. Sisihkan Rp 100 ribu untuk menambah tabungan, sisanya Rp 150 ribu untuk menambah modal.

Misalnya, kalau penghasilan tambahan itu didapat dari mengajar bahasa Inggris, Anda bisa membuat 2 pak Kartu Nama tambahan dari sisa yang Rp 150 ribu per bulan itu. Atau bikin brosur. Kalau penghasilan tambahan itu didapat dari berdagang baju, mungkin Rp 150 ribu per bulan itu bisa untuk menambah stok. Terserah Anda. Yang penting, modal usaha sampingan Anda bisa tambah besar.

Jadi bapak ibu, prinsipnya sederhana saja. Kalau Anda punya penghasilan tambahan, jangan hanya untuk membayar pengeluaran-pengeluaran Anda, tapi juga untuk menambah tabungan rutin Anda dan menambah modal usaha agar kian hari penghasilan tambahan Anda kian meningkat.

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 908/XVIII

Minggu, 19 September 2010

Obligasi Pengertian Karakteristik dan Jenis Obligasi

Pengertian Obligasi

Obligasi adalah kontrak keuangan. Penerbit obligasi, seperti perusahaan, akan membayar bunga kepada pembeli obigasi secara periodik. Kemudian, pada akhir waktu tertentu, penerbit obligasi membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. Sebaliknya, pemegang obligasi memberikan sejumlah uang kepada perusahaan saat ini.
Obligasi biasanya dijual di pasar obligasi dan memiliki harga pasar yang dapat berubah setiap saat. Obligasi adalah satu sekuritas yang berdasarkan pada IOU dari penerbitnya. Obligasi ini tidak menawarkan hak istimewa kepada pemilik perusahaan. Contohnya, 10 tahun obligasi AT & T memberikan hak untuk menerima pembayaran kupon atau bunga secara periodik dan pokok atau face value pada saat jatuh tempo. Pemegang obligasi tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan di perusahaan.
Banyak obligasi adalah Fixed-Rate Bond atau sekuritas yang berpendapatan tetap karena perjanjian pembayarannya berbentuk kontraktual dan tetap sepanjang waktu. Bagaimana pun beberapa obligasi membayar dalam bentuk variabel income dan mengacu pada Floating-Rate Bond. Jangka waktu obligasi tidak terlalu lama dan tidak terdapat risiko kebangkrutan, secara umum risiko dari obligasi itu tergolong rendah dengan return yang rendah pula. Biasanya obligasi kurang liquid daripada saham dan umumnya relatif tinggi cashflow secara periodik (untuk membayar bunga kepada pemegang obligasi) (Levy 28).

Karakteristik Obligasi
1. Nilai obligasi (jumlah dana yang dipinjam)
Dalam penerbitan obligasi, maka perusahaan akan dengan jelas menyatakan jumlah dana yang dibutuhkan yang dikenal dengan istilah “jumlah emisi obligasi”. Penentuan besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi berdasarkan aliran arus kas perusahaan, Kebutuhan, serta kinerja bisnis perusahaan.
2. Jangka waktu obligasi
Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau berakhirnya masa pinjaman (maturity). Secara umum masa jatuh tempo obligasi adalah 5 tahun. Ada yang 1 tahun, adapula yang 10 tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor, karena dianggap risikonya kecil.
3. Principal dan Coupon rate
Nilai prinsipal obligasi adalah sejumlah uang yang disetujui oleh penerbit obligasi agar dibayarkan kepada pemegang obligasi pada masa jatuh tempo. Jumlah ini biasa berhubungan dengan redemption value, maturity value, par value or face value. Coupon rate juga disebut nominal rate, adalah tingkat bunga yang disetujui penerbit untuk dibayar kepada pemegang obligasi setiap tahun. Besarnya pembayaran bunga setiap tahun
kepada pemilik obigasi selama jangka waktu obligasi dinamakan coupon.
Tingkat persentase coupon dikali nilai prinsipal obligasi menghasilkan besarnya coupon. Contohnya, obligasi dengan 8% coupon rate dan nilai par nya adalah $1,000 akan membayar bunga per tahun sebesar $80.
4. Jadwal pembayaran
Kewajiban pembayaran kupon obligasi oleh perusahaan penerbit, dilakukan secara berkala sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, bisa dilakukan triwulan, semesteran, atau tahunan.
5. Diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah (Levy 29-30).

Jenis-Jenis Obligasi
Sekuritas pasar modal meliputi instrumen-instrumen yang lebih besar dari satu tahun dan isntrumen-instrumen yang tidak memiliki masa jatuh tempo. Secara umum, pasar ini terjadi karena adanya instrumen yang berisi sekumpulan aliran kas yang dijanjikan, atau menawarkan partisipasi untuk mendukung profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang. Dalam sekuritas pasar modal ni terdapat dua macam instrumen yaitu fixed income securities dan equity income securities. Fixed income securities terbagi dua kategori besar yaitu:
1. Government Bond
Seperti T-Bills, US Treasury Notes dan US Teasury Bond adalah sekuritas pemerintah yang digunakan untuk pendanaan dalam utang pemerintah. Pembayaran kuponnya bersifat semi-annual. Ketika diterbitkan, US Treasury Notes memiliki masa jatuh tempo 2 (dua) sampai 10 (sepuluh) tahun dan US Treasury-Bond memiliki masa jatuh temponya lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Jenis-jenis obligasi pemerintah yaitu pertama, Callable Bond yang biasanya dibeli kembali oleh penerbitnya pada harga tertentu di masa yang akan datang. Kedua, Federal Agency Bond. Ketiga, Municipal Bond, yang diterbitkan oleh pemerintah lokal untuk mendanai highways, sistem perairan pendidikan dan capital project lainya. Ada 2 (dua) tipe Multicipal Bond yaitu General Obligation Bond dan Revenue Bond. (Levy 40-41)
2. Corporate Bond
Corporate Bond adalah sekuritas yang mencerminkan janji dari perusahaan yang menerbitkan untuk memberikan sejumlah pembayaran berupa pembayaran kupon dan pokok pinjaman kepada pemlik obligasi, selama jangka waktu tertentu. Perusahaan yang menerbitkan obligasi disebut debitur, sedangkan investor yang membeli obligasi disebut kreditur. (Timothy and Joseph 408). Jenis-jenis Corporate Bond adalah:
- Secured Bonds
Secured Bonds adalah obligasi yang penerbitannya dijamin oleh sejumlah aset.
- Mortgage bonds
Mortgage bonds adalah obligasi yang penerbitannya dijamin oleh aset riil (bukan dalam bentuk finansial).
- Unsecured bonds (Debentures)
Unsecured bonds adalah obligasi yang penerbitannya tidak memiliki jaminan. Pembayaran sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan dari perusahaan penerbit untuk memberikan bunga yang dijanjikan dan membayar pokok pinjaman sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Jika terjadi gagal bayar, maka pemegang obligasi akan menjadi unsecured creditors. Investor tidak memiliki hak atas harta perusahaan.
- Convertible bonds
Convertible bonds adalah salah satu jenis obligasi yang memiliki kekhususan. Obligasi ini dapat dikonversi ketika terdapat keputusan pemilik obligasi menjadi sejumlah sekuritas lain yang diterbitkan oleh perusahaan yang sama. Biasanya sekuritas lain
tersebut adalah common stock.
- Variable-Rate bonds
Obligasi yang memberikan pembayaran kupon yang bervariasi mengikuti frekuensi bunga yang berlaku di pasar atau market rate index.
- Putable bonds
Putable bonds adalah obligasi yang dapat dicairkan sebelum jatuh tempo sesuai dengan keputusan dari pemilik obligasi.
- Junk bonds
Junk bonds biasanya dikenal dengan sebutan high-yield bonds, adalah obligasi yang memiliki peringkat dibawah investment grade. Disebut junk karena obligasi ini lebih berisiko dari obligasi yang berkategori investment grade.
- International bonds
International bonds adalah obligasi yang dijual di negara lain. Obligasi dapat diperdagangkan dalam satuan mata uang negara lain atau obligasi diperdagangkan di negara lain dalam mata uang perusahaan penerbit biasanya disebut Eurobonds.
- Super Long-Term bonds
Obigasi yang memiliki masa jatuh tempo lebih besar atau sama dengan 100 tahun.
(Timothy and Joseph 415-420)


Risiko-risiko dalam obligasi
[Baca Juga : Faktor - faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Berinvestasi]
1. Interest-Rate Risk
Harga dari sebuah obligasi akan berubah pada arah yang berlawanan dari perubahan tingkat bunga: Jika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik. Jika seorang investor harus menjual obligasi sebelum jatuh tempo, peningkatan tingkat suku bunga bermakna bahwa investor akan mengalami capital loss (missal investor menjual obligasi dibawah harga beli). Risiko jenis ini dikenal dengan interest-rate risk atau market risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada umumnya dialami oleh investor pada pasar obligasi.
2. Reinvestment Risk
Variabilitas pada tingkat reinvestment akibat adanya perubahan pada tingkat bunga pasar dinamakan reinvestment risk.
3. Call Risk
Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya.
4. Default Risk
Default Risk juga berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi yang mengalami kebangkrutan. Akibat adanya risiko ini, obligasi yang memiliki Default Risk dalam perdagangan di pasar obligasi mempunyai harga yang rendah dibandingkan dengan U.S Treaasury securities. Dilain pihak, obligasi ini dalam perdagangan di pasar obligasi memiliki yield yang lebih besar dari treasury bond.
5. Inflation Risk
Peningkatan Inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya nilai aliran kas yang diterima oleh investor akibat dampak adanya security due inflasi. Contohnya jika investor membeli obligasi pada coupon rate sebesar 7%, tetapi tingkat inflasi adalah 8%, maka purchasing power aliran kas secara nyata akan dikurangi.
6. Exchange-Rate Risk
Obigasi yang diperdagangkan denominasi valuta asing, memiliki nilai yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Nilai obligasi dalam mata uang lokal baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon atau nilai pokok pinjaman terjadi.
7. Liquidity Risk
Liquidity atau marketable risk bergantung pada kemudahan suatu obligasi untuk dijual kembali sebesar nilai obligasinya.
8. Volatility Risk
Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk.

(Sumber Jurnal Sumber daya Manusia)

Sabtu, 18 September 2010

Manajemen Risk Atau yang disebut Manajemen Resiko

Duh jadi ingat kalo nongkrong di Bursa Efek di sekitar Sudirman belakang kantor Polri atau Polda Metro Jaya DKI Jakarta. Nah diantara lantai dari lantai 1 sampai 40, kalau nggak salah itu setiap lantai dihuni perusahaan. Nah, kalau pengin tahu lebih jelas tentang trading, udah jangan malu-malu anda datangi aja tuh kantor dan konsultasi , n pura-pura jadi investor dan sekali kali ikutin instruksi mereka dengan mengikuti training yang diselenggarakan mereka.
Jadi ingat Hangseng, atau Maxgain di lantai 29 dimana ada juragannya yang bekas instruktur gue yang rada judes.
Nah dibawah ini ada sedikit tutorial tentang seputar itu, namun berhati-hatilah anda, dan jangan ragu. Itulah disebut dnegan manajemen resiko.
Hati-hati,uang anda bisa menguap begitu saja jika anda tidak memperhatikan manajemen resiko trading. Ingatlah bahwa forek trading tergolong sebagai investasi yang sifatnya high risk. Artinya forek trading tergolong memiliki resiko tinggi. Salah satu yang tertinggi diantara instrumen investasi keuangan lainnya.

Faktor resiko yang harus Anda ketahui sebelum memulai forex trading :

1. Memiliki kemungkinan kehilangan dana 100%
2. Arus dana sangat cepat (very liquid)
3. Tidak ada metode trading yang dapat menjamin Anda pasti untung 100%. Ada banyak metode trading yang bagus namun tidak ada satu pun yang dapat menjamin untung 100%
4. Forex Trading bukanlah sebuah “quick rich scheme” yang dapat membuat Anda kaya mendadak tanpa harus bekerja keras. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Kerja keras merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mereka yang mengalami kesuksesan finansial dalam hidupnya. Termasuk mereka yang sukses melalui forex trading.

Diperlukan kerja keras untuk mempelajari analisa dan perilaku pasar sehingga kita dapat menebak arah pergerakan harga dengan akurat. Begitu juga diperlukan mental ekstra ketika hasil trading tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Tanyakanlah pada trader-trader sukses yang Anda kenal, apakah mereka pernah mengalami jatuh bangun dalam trading mereka. Dan jawabannya hampir pasti adalah “ya”. Kesuksesan hanyalah disediakan bagi mereka yang mau berusaha dan belajar terus menerus meperbaiki dirinya.

Nah berkaitan dengan resiko yang harus dihadapi jika kita hendak memulai investasi di forex, diperlukan kiat-kiat khusus untuk memperkecil, atau bahkan membalikkan posisi kita yang tadinya minus menjadi kembali positif dan memperoleh untung. Berikut beberapa kiat dan manajemen resiko yang bisa Anda ambil:

1. Cut Loss

Merupakan aksi menutup posisi Anda yang berlawanan dengan pergerakan harga pasar. Cut loss digunakan untuk membatasi kerugian yang dialami sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

Sebagai contoh, katakanlah kita sedang membuka posisi kita pada GBPUSD Open Buy pada harga 1.8000. Membuka posisi Buy berarti kita mengharapkan harga naik melebihi 1.8000 sehingga kita memperoleh untung. Harapan kita harga bergerak misalnya hingga 1.8100 sehingga kita bisa memperoleh profit 100 point. Namun apa daya, ternyata harga bergerak berlawanan dengan yang kita harapkan. Ternyata harga bergerak turun terus menerus dari 1.8000 menjadi 1.7980 dan masih menunjukkan tendensi turun.

Nah daripada kita mengalami kerugian lebih lanjut dan akhirnya mengalami margin call maka lebih baik posisi ditutup meskipun kita menanggung kerugian 20 point (1.8000 menjadi 1.7980 = -20 point). Aksi ini dinamakan cut loss yaitu menutup posisi yang merugi guna mencegah kerugian yang lebih besar.

Detail Kasus Lainnya:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah quantity 10000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.

Ternyata harga bergerak turun tak menentu hingga kisaran 1.8820. Dengan segala pertimbangan, Tuan A ingin menutup begitu saja posisinya pada 1.8825. Sehingga Tuan A rugi 25 point (1.8825-1.8850 = -0.0025) Profit dan Loss dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Diketahui: Posisi Close: 1.8825 # Posisi Open: 1.8850 # Quantity: 10000 # Maka: Profit/Loss = (1.8825 - 1.8850) x 10000 # Loss = -0.0025 x 10000 # Loss = $-25 (Tuan A mengalami kerugian $25)
2. Switching
Aksi ini mirip dengan cut loss, namun bedanya setelah menutup posisi kita yang merugi, kita membuka posisi baru dengan arah yang sama dengan pergerakan harga pasar. Pada kasus yang sama dengan cut loss diatas, maka kita menutup posisi kita di 1.7980 lalu kita membuka sebuah posisi baru Open Sell karena harga cenderung mengalami penurunan. Dengan demikian jikalau harga terus turun katakanlah mencapai 1.7900 maka secara keseluruhan kita mengalami loss 20 point namun memperoleh profit sebesar 80 points (1.7980-1.7900 = 80) sehingga total kita masih memperoleh profit 60 points.

Contoh kasus
Mr. X memperkirakan harga akan NAIK. Jadi untuk mendapat keuntungan dia memutuskan membeli (Buy) dengan harapan harga akan naik sehingga dia bisa menjual dengan harga yang lebih mahal dan mendapat selisih Keuntungan. Tapi ternyata bukannya naik, malah TURUN harganya.

Dan setelah analisa ulang, Mr. X berkesimpulan perkiraannya bahwa harga akan naik ternyata SALAH. Jadi apa yang harus dia lakukan ? Daripada melawan harga pasar dan menderita kerugian, lagipula harga akan turun lebih jauh dari sekarang Dia memutuskan menutup posisi Buy nya yang merugi dan kemudian membuka posisi baru Sell (dengan harapan harga akan turun). Dan ternyata harga terus turun sehingga dia mengalami keuntungan melebihi kerugian yang diterima di posisi Buy yang dia tutup sebelumnya. Kemudian dia menutup posisi Sell tersebut dan menerima keuntungan.

Tips Untuk Anda: # Lakukan hanya bila prediksi keuntungan switching melebihi nilai kerugian posisi pertama yang akan ditutup. # Kalau ternyata harga berubah ternyata sesuai dengan prediksi pertama, maka anda akan menderita kerugian 2 kali, yaitu posisi pertama dan posisi kedua juga

Detail Kasus:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah Quantity 30000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900. Ternyata harga bergerak turun tak menentu hingga kisaran 1.8820. Dengan segala pertimbangan, Tuan A ingin menutup begitu saja posisinya pada 1.8825. Sehingga Tuan A rugi 25 point (1.8825-1.8850 = -0.0025)
Diketahui Posisi Close: 1.8825 # Posisi Open: 1.8850 # Quantity: 30000 # Maka Profit/Loss = (1.8825 - 1.8850) x 30000 # Loss = -0.0025 x 30000 # Loss = $-75 (Tuan A mengalami kerugian $75)
Kemudian Tuan A menganalisa lagi dan memprediksi harga dan diketahui harga akan terus bergerak turun, maka Tn. A membuka posisi Sell dengan Quantity sebanyak 20000 pada 1.8820. Tak beberapa lama harga terus turun hingga berada di kisaran 1.8730. Pada akhirnya Tn. A menutup posisinya pada 1.8740. Tuan A mendapatkan keuntungan 80 point (1.8820 - 1.8740 = 0.0080)
Profit/Loss = (1.8820 - 1.8740) x 20000 # Profit = 0.0080 x 20000 # Profit = $160

Keseluruhan hasil dari dua trading tadi adalah
Trading I = -$75
Trading II = $160
Laba = $160 - $75 = $85 atau Rp. 765.000,- ($1 = Rp 9000)
3. Averaging
Cara ini memerlukan modal ekstra untuk mempertahankan posisi yang telah kita buka yang ternyata bergerak berlawanan dengan harga pasar.
Katakanlah pada kasus yang sama dengan contoh Cut Loss diatas, maka jika kita hendak melakukan aksi averaging maka kita membuka posisi baru namun dalam hal ini tidak seperti switching yang menutup posisi kita yang mengalami kerugian lalu membuka posisi baru yang berlawanan dengan posisi kita yang sebelumnya dengan alasan harga telah bergerak turun. Pada averaging kita tidak menutup posisi kita yang telah dibuka (pada kasus ini Open Buy) lalu bahkan kita menambahinya dengan membuka posisi baru dengan arah yang sama, yaitu Open Buy kembali!
Mengapa demikian? Bukankah kita telah melakukan Open Buy sebelumnya dan mengalami kerugian, lalu mengapa kita melakukan Open Buy kembali? Alasannya sederhana, kita berharap karena harga telah turun maka harga akan kembali naik sehingga ketika kita melakukan aksi Open Buy yang kedua diharapkan harga bergerak naik bahkan melampaui Open Buy kita yang pertama sehingga kita memperoleh keuntungan ganda.
Contoh Kasus
Mr. X memprediksi bahwa harga akan naik maka dia membuka posisi Buy. Namun harga ternyata bergerak turun. Mr. X segera menganalisa lagi dan kesimpulannya harga hanya akan turun sesaat dan akan kembali naik sesuai analisa sebelumnya Dia memutuskan membuka posisi buy baru saat harga turun sehingga ketika harga naik kembali dia bukan hanya memiliki 1 posisi yang profit tapi 2 sekaligus. Ternyata benar, tidak lama kemudian harga naik dan kemudian Mr. X menutup kedua posisi nya tersebut, yang pertama dan yang kedua.
Detail Kasus:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah Quantity 20000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Ternyata harga terkoreksi dan bergerak turun hingga 1.8825. Tuan A kembali membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8825 dengan jumlah 10000. Dia juga memasang Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Lalu tak lama kemudian harga kembali terkoreksi dan menyentuh 1.8900. Dengan demikian Tuan A mendapatkan 2 keuntungan dari 2 posisi yang telah dibuka :

Posisi I : Profit/Loss = (1.8900 - 1.8850) x 200000 # Profit = 0.0050 x 20000 # Profit Posisi I = $ 100
Posisi II : Profit/Loss = (1.8900 - 1.8825) x 10000 # Profit = 0.0075 x 10000 # Profit Posisi II = $75
Jumlah Profit kedua posisi : $160 + $75 = $235 atau Rp 2.115.000,- ($1 = Rp9000)

Ketiga manajemen resiko diatas sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan. Jadi, betapa sayangnya kita mengalami kerugian hanya karena kita tidak mengetahui hal diatas. Namun apakah dengan mengetahui ketiga manajemen resiko tersebut kita dipastikan tidak pernah mengalami loss?

Jawabannya tentu saja tidak. Kalau Anda cermati, ketiga manajemen resiko diatas bertumpu pada satu hal: kemampuan kita menganalisa pergerakan harga. Ya, memang itulah inti dari forex trading. Manajemen resiko bahkan tidak pernah menjadi efektif apabila kita tidak mampu melakukan analisa dengan benar dan akurat. Jadi, mengetahui analisa adalah keharusan dalam memulai investasi di forex trading.
Masih banyak yang harus dipelajari dalam memasuki dan berinvestasi didunia forex. Kita baru saja mempelajari bagian terluar dari investasi ini. Yang penting Anda belajar dan belajar terus .
(sumber info: http://www.manfx.blogspot.com)
Nah kalau mau main trading dan modal 1 dollar di sini
Register di Marketiva
http://www.marketiva.com

Senin, 23 Agustus 2010

ORI Obligasi Ritel Indonesia Bunga Kupon Harga Investasi Bagus

ORI obligasi ritel Indonesia investasi bagus. Harga jual ORI Indonesia terjangkau. Tingkat bunga kupon ORI obligasi negara tinggi sesuai resiko ORI seri terbaru. Investasi ORI obligasi Indonesia cocok buat investor investasi bond modal kecil.

Harga obligasi ORI Indonesia minimum pembelian 5 juta rupiah. Modal investasi ORI lebih rendah vs modal bisnis. Modal investasi obligasi ritel Indonesia sesuai modal investor ritel.

Suku bunga ORI kupon terbaru lebih rendah vs return bisnis investasi, tapi kupon ORI di atas tingkat SBI sertifikat Bank Indonesia BI rate, tingkat inflasi, dan tingkat bunga deposito terbaru.

Resiko investasi obligasi ORI Indonesia lebih kecil vs resiko bisnis, karena penerbit ORI pemerintah Indonesia dan investor obligasi pemerintah RI tidak perlu menghadapi konsumen bisnis.

Walau resiko ORI rendah tapi bukan berarti ORI investasi tanpa resiko. Investor ORI bisa rugi bila menjual ORI di pasar sekunder. Harga ORI terbaru di pasar sekunder naik turun sesuai tingkat suku bunga dan supply demand ORI.

Bila investor ORI tidak mau investasi rugi ada 2 cara: investor tidak menjual ORI sampai jadwal ORI jatuh tempo atau hanya jual ORI saat harga pasar ORI lebih tinggi dari harga beli ORI di pasar perdana.

Berdasarkan resiko, return, dan modal investasi, ORI obligasi ritel Indonesia good fixed income investments. Obligasi Ritel Indonesia ORI seri terbaru bagus untuk individual investor sebagai alat diversifikasi investment.

Tertarik bond investing? Buka rekening efek bank sekuritas broker agen penjual ORI terbaik dan investasi Indonesia ritel obligasi ORI.

Konsumen Bisnis Jenis Tipe Aktif Pasif Pemaaf vs Kritik Produk Jasa

Konsumen bisnis sumber profit bisnis sukses. Bisnis punya 3 jenis konsumen bisnis utama berdasarkan sifat konsumen vs kritik kualitas produk dan kualitas jasa. Perbedaan tipe konsumen bisnis memerlukan solusi bisnis yang berbeda.

1. Jenis konsumen aktif

Konsumen aktif langsung menyampaikan kritik pada pemilik bisnis. Jenis konsumen bisnis aktif menguntungkan, karena pebisnis bisa tahu apa kekurangan produk atau jasa yang dijual.

Tipe konsumen aktif sebaiknya diberi reward dengan pembelian gratis atau voucher diskon produk terbaru supaya mau membeli produk kita di masa depan.

2. Jenis konsumen pasif

Tipe konsumen bisnis pasif biasanya tidak menyampaikan kritik atau rasa tidak puas kepada owner bisnis tapi bercerita pada teman-temannya. Sifat konsumen jenis pasif biasanya langsung pindah ke penjual produk substitusi atau kompetitor bisnis produk sejenis.

Jenis konsumen pasif merugikan karena pebisnis tidak tahu apa kekurangan produk yang dijual sekaligus kehilangan pendapatan bisnis.

3. Jenis konsumen pemaaf

Tipe konsumen bisnis pemaaf jenis konsumen loyal. Konsumen tipe pemaaf sadar bahwa tidak ada bisnis sempurna. Konsumen pemaaf memberi kesempatan lebih banyak agar pemilik bisnis bisa memperbaiki kualitas produk.

Jenis konsumen biasanya dipengaruhi karakter konsumen sebagai manusia. Tipe konsumen sulit diubah, pebisnis handal harus tahu bagaimana menghadapi konsumen sesuai jenis tipe konsumen bisnis.

Bisnis tips: tanggapi kritik konsumen aktif, jalin hubungan personal dengan konsumen pasif, dan jaga hubungan baik dengan konsumen pemaaf. Tanpa konsumen, investasi bagus menjadi investasi rugi. Konsumen loyal rahasia bisnis sukses. Konsumen puas maka profit bisnis dan harga saham naik.

Hubungan baik dengan bisnis konsumen adalah long term investment. Amati dan analisa tipe pemaaf vs pasif vs aktif jenis konsumen business.